2.2.5
Media
Relations
Barbara
Averill (1997) menyatakan, “Media
relations hanyalah salah satu bagian dari PR, namun ini bisa menjadi
perangkat yang sangat penting dan efisien. Begitu kita bisa menyusun pesan yang
bukan saja diterima tetapi juga dipandang penting oleh media lokal, maka kita
sudah membuat langkah besar menuju keberhasilan program kita. ”Averill,
menyamakan media relations dengan
publisitas. Ringkasnya, media relations
adalah publisitas (dalam Iriantara,
2005:28).
Publisitas sama-sama menggunakan media masa. Hanya
berbeda, sejauh pemasang iklan bisa membayar, menarik atau tidak menarik, iklan
yang dibuat akan disiarkan media massa. Tidak begitu halnya dengan publisitas.
Menarik dan bernilai berita serta baiknya hubungan dengan media menjadi penting
dalam menentukan disiarkan atau tidaknya informasi perusahaan kita melalui
media massa. Lesly (1991:7) menguraikan media
relations sebagai “berhubungan dengan media komunikasi untuk melakukan
publisitas atau merespons kepentingan media terhadap organisasi”. Apa yang
diungkapkan Lesly ini lebih pada sisi manfaat yang diperoleh organisasi dan
kegiatan yang dilakukan organisasi dalam menjalankan media relations. Manfaat tersebut berupa publisitas. Sedangkan
kegiatan yang bisa menopang publisitas itu adalah merespon kepentingan media.
Mempromosikan
organisasi melalui media massa itu, tentunya pertama-tama ditujukan kepada
publik eksternal. Itu sebabnya digunakan media massa untuk
mengkomunikasikannya. Ini sejalan dengan tugas penting external public relations, sebagaimana diungkapkan seorang perintis
pendidikan PR di Indonesia, Oemi Abdurrachman (1979:38),”……….mengadakan
komunikasi yang efektif, yang sifatnya informatif dan persuasif, yang ditujukan
kepada publik di luar badan itu.”Komunikasi yang dikembangkan dalam praktik PR
adalah komunikasi dua arah, berarti komunikasinya bukan hanya dari organisasi
pada publik-publiknya melainkan juga sebaliknya. Inilah satu hal yang
ditekankan Oemi dalam menjalankan external
public relations, bahwa organisasi pun “harus pandai menerima
informasi-informasi”.
Konsekuensinya,
dalam praktik media relations pun
bukan hanya memberikan informasi yang diberikan melalui media massa, melainkan
juga mengikuti dan mengelola informasi yang disampaikan melalui media massa.
Informasi yang datang dari publik pada organisasi itu bukan hanya umpan balik (feedback), tapi juga pernyataan
aspirasi, harapan atau keinginan bahkan kritik.
Secara
sederhana, bila digambarkan arus komunikasi dalam praktik media relations.
organisasi menyampaikan informasi, ggasan atau citra
melalui media massa kepada publik. Sedangkan publik, bisa menyampaikan
aspirasi, harapan, keinginan atau informasi melalui media massa pada
organisasi. Namun publik juga bisa menyampaikan secara langsung melalui saluran
komunikasi yang tersedia antara publik dan organisasi.
Dengan
demikian, media relations bisa
diartikan, “merupakan bagian dari external
public relations yang membina dan mengembangkan hubungan baik dengan media
massa sebagai sarana komunikasi antara organisasi dan publik-publiknya untuk
mencapai tujuan organisasi.” (Iriantara,2005:31) Dari sisi organisasi, membina
dan mengembangkan hubungan baik dengan media massa itu paling tidak berarti
memenuhi dan menanggapi kebutuhan dan kepentingan media massa terhadap
organisasi tersebut. Karena watak komunikasi dalam public relations adalah dua arah, maka praktik media relations pun bukan hanya mengkomunikasikan ke luar
organisasi melainkan juga menjadi komuniikan yang baik dari apa yang
dikomunikasikan dari luar organisasi.
Dalam berkomunikasi dengan publik
tersebut, peran media massa jelas sangat besar. Kita tidak mungkin
berkomunikasi secara tatap muka dengan satu per satu publik organisasi, atau
melakukan komunikasi kelompok dengan publik organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar